Selasa, 26 Oktober 2010

RUMAH KECIL NAN MUNGIL


Sebagai Arsitek Freelance, tidak semua owner berasal dari kalangan elit. Salah seorang owner saya merupakan tetangga orang tua saya di kampung. Dengan luasan lahan yang cukup sempit,dengan lebar lahan hanya 5,8 m memaksa saya untuk berpikir keras dalam mendesain denah yang memenuhi semua keinginan dan permintaan ruang.
Tetapi dalam hal tampak, tetangga saya ini tidak terlalu neko - neko.Cukup sederhana kalo menurut saya.Sebagai orang biasa, dia hanya memilih model rumah seperti perumahan -perumahan biasa yang sering kita lihat di pinggiran Surabaya (Sidoarjo).
Sebagai arsitek, mendesain haruslah merupakan bentuk pelayanan kita ke masayarakat.Tidak harus memilih, bahkan terkadang kita juga harus mendesain untuk kepentingan umum yang biasanya free semacam Masjid, Gereja dsb.
Siapa bilang rumah mungil bukan karya arsitektur, mahal dan besar bukan berarti bagus tetapi desainnyalah yang menjadi inti Arsitektur tak peduli murah, kecil, biasa.Hmmm.Setidaknya itulah yang dijelaskan oleh dosen saya dulu.
Ya, inilah rumah kecil nan mungil yang baru saja saya desain.Hmmm

Kamis, 07 Oktober 2010

Arsitektur Sepotong


Ya, seorang teman arsitek saya marah ketika membaca tulisan ini.Apa maksudnya arsitektur sepotong, seperti sepotong kue yang dihidangkan.Hmmm
Sebagai seorang arsitek mau tidak mau kita harus berhadapan dengan berbagai macam klien, yang terkadang cukup memaksa kita beripikir keras. Dan ada juga yang bertipe seperti klien saya yang memberikan saya "Arsitektur Sepotong".Maksudnya?????
Salah seorang klien saya sangat tertarik dengan dunia arsitektur, (karena suaminya juga seorang arsitek)sehingga dia banyak memiliki potongan - potongan kliping karya arsitektur.Yang tentu saja dia memotongnya (baca mengambilnya) dari majalah - majalah arsitektur yang cukup banyak beredar di pasar.
Namun sayangnya (kalo basa guru besar saya jaman kuliah "cilakaknya") semua potongan arsitektur tersebut hanya menunjukkan view- view dan sudut - sudut tertentu dari bagian sebuah arsitektur yang terkadang memaksakan diri (istilah dari teman -teman arsitek saya mengenai artikel - artikel pada majalah - majalah arsitektur yang beredar di pasar). Jadi benar - benar bukan Sepotong Arsitektur namun Arsitektur Sepotong.
Ya, begitu juga klien saya tersebut.Dia ingin menampilkan potongan - potongan arsitektur yang dia miliki ke dalam desain arsitektur rumahnya. Jadilah saya sebagai seorang arsitek dipaksa berpikir keras untuk menyatukan semua potongan tadi (yang sebagaian memiliki langgam berbeda dan masa berbeda). Dan hasilnya adalah sebuah desain Arsitektur Sepotong, yang harus diakui cukup mengarah ke ekletik.